Di sektor ini, paling menarik di perdebatan distribusi center of gravity. Heri berbagi teori, bahwa setiap jumping sebenarnya sport trail itu secara segmentasi tak dipersiapkan untuk itu. Kondisi suspensi standar atau OEM, pastinya butuh improve rider untuk mengimbangi. Entah menggeser postur tubuh ke depan atau sebaliknya ke belakang.
Kondisi demikian tentunya sulit untuk dihafal saat di kompetisi, di titik mana rider harus begini dan begitu. Alangkah baiknya, rider dan instruktur tak perlu lagi meributkan distribusi center of gravity saat itu. Agar rider lebih fokus ngegas, konsentrasi racing line dan mengumpan RPM. “Sebentar ada lagi kebutuhan diadopsinya suspensi from special engine, ”terang Heri kali ini pakai nada tinggi.
Tolong diamati dan dipelototi ya, saat kuda besi landing. Kondisi suspensi dan roda belakang drible, itu yang paling apes bagi rider. Sebab, pas mengumpan RPM powernya gagal dikonversi ke speed, roda cuman spin. Tapi, berbanding terbalik dengan feeling rider. Lagi-lagi feelingnya terkamuflase mesin over power, jadinya pasti oper gigi ke perbandingan rendah. “Nah, speed malah loyo roda lemas mencakar tanah dan berusaha memaksa membuka gas lagi, ya percuma, ”detail Heri yang mengklaim kelas sport trail FFA wajib mengadopsi suspensi special engine.
Sesuai dengan hasil racikan dan penelitian Heri, di sektor ini ada pilihan lengan ayun yang paling mudah pemasangannya saat dikanibal. Yakni special engine YZ 125 versi 2012 atau CR 125 versi 2009, bisa juga YZ 250F tahun 2014. Harga, rata-rata dibandrol Rp. 3,8 juta. Sipnya, ketiga pilihan lengan ayun special engine tadi, paling layak diaplikasi pada basis sport trail CRF 150L yang makin ramai diaplikasi rider yang berlaga di kelas ini. “Tapi, bagi rider yang memakai basis sport trail lain, ketiga lengan ayun tadi juga bisa diaplikasi, ”sebut Heri.
Lanjut trik pemasangan, poros lengan ayun pertahankan orsi 14 mm, manfaatkan sebagai tumpuan bushing sebagai replika poros lengan ayun orsi special engine. Bagian ini yang paling ribet.
Sebab, diameter bushing replika poros lengan ayun ini terbagi dua, yakni 19,93 mm dan 17,95 mm. Lingkar 17,95 mm diposisikan Heri di ujung kanan kiri dan berpasangan dengan bushing berdiameter luar 22,19 mm sesuai dengan bearing bambu bawaan lengan ayun special engine.
Agar tetap licin diameter dalam bushing tumpuan bearing ini diplot di 17,25. “Sistem bushing berpasangan tadi, saya aplikasi untuk mereduksi tingkat keausan bearing bambu, ”tunjuk Heri.
Giliran pada sistem prolink-nya, yang bertugas melipatgandakan beban tekan lengan ayun terhadap monosok, seting sesuai kebutuhan dengan parameter dominan atau rata-rata beban rider dan tipe suspensi depan yang diaplikasi.
Anggap saja suspensi depan sudah berganti up side down special engine tipe 125 atau 250. Idealnya, kontruksi prolink desain dengan output lebih kenyal dari suspensi depan. Fungsinya, saat ngebrake di berm center of gravity cenderung ke depan. Demikian saat landing, makin optimal menumpas drible roda belakang. Kelebihannya lagi sudut intake dipertahankan atau terjaga di posisi menukik, layaknya kebutuhan proses isap dan kompresi gas segar atau udara murni. Oh ya, untuk ongkos pasang berikut custom bushingnya dan prolink, Heri cuman pasang tarif Rp. 500 ribu berikut jasanya. pid
Kaisar Motor
0856 5534 5588 – 0822 4425 5588
Perum Tamasa VIII/2, Tropodo,
Sidoarjo