HONDA PT. MPM : TATA CARA BERKENDARA & PERAWATAN MATIC YANG BENAR

 

 

AHASS Menyediakan Layanan Pit Express. Tepat sebagai prasarana maintenance matic bagi konsumen aktif yang tak banyak memiliki waktu luang.

 

 

Matic semakin menjadi primadona, sehubungan dengan pemakaian yang praktis, comfort, hingga fiturnya yang makin bertebar. Tak cuman sukses membius segmen wanita, remaja aktif dan pria metrosexual, juga semakin banyak terpikat matic.

 

Dengan berbagai ragam segmen pemakaian dan gaya berkendara, matic tetap enjoy menjadi partner setia untuk beraktifitas. Bahkan buat kongkow juga asyik. Bagasinya yang makin lapang, cukup memudahkan membawa barang belanjaan, termasuk gadget dan spare sepatu untuk persiapan saat si bos mengajak main futsal.

 

Sebagai bentuk perhatian dan loyalitas terhadap konsumen setia Honda, PT. Mitra Pinasthika Mulia distributor utama sepeda motor - matic Honda wilayah Jatim & NTT, kembali reminding gaya berkendara dan soal perawatan matic.

 

“Bicara perawatan, prosesnya juga singkat, sebab di AHASS juga tersedia layanan Pit Express, bisa di manfaatkan konsumen yang tak mempunyai banyak waktu untuk ke bengkel, "sapa Satyo Prahnowo Technical Service  Division Head Honda PT. MPM. Bahkan, cara mengendarai matic kali ini juga berusaha dijelaskan lebih detail oleh pria murah senyum itu.

 

Sebab, sesuai dengan investigasi di lapangan, masih ada saja konsumen yang melansungkan tradisi yang salah. Agar, tak sampai memicu terjadinya komponen daleman CVT dan mesin. Berikut, penjelasan Satyo Prahnowo cara ideal mengendarai dan jenis perawatan berkala matic,  yang wajib diperhatikan :

 

 

 

HINDARI MEMBUKA HANDGRIP BERLEBIHAN SAAT DI TANJAKAN

Sewaktu melintasi jalan yang menanjak pastinya kendaraan berada pada posisi yang melawan gravitasi. Seharusnya buka gas menggunakan cara yang bertahap agar memperoleh tenaga yang maksimal.

Jangan khawatir matic tak kuat nanjak, sebab dalam mekanis CVT dilengkapi dengan torque cam. Secara fungsi, mempersingkat terjadinya perubahan diameter drive belt pada primary - secondary sheave, saat beban yang diterima matic terbaca lebih berat oleh CVT. Dengan demikian, di RPM rendah atau bukaan handgrip minim, CVT sudah optimal mengkonversinya ke speed sesuai kebutuhan.   

 

 

MEMBUKA HANDGRIP SAMBIL MENARIK REM

Gaya berkendara seperti ini biasa dilakukan oleh kaum hawa, efek perasaan defensive yang berlebihan, saat riding di jalanan padat merayap. Pengendara motor matic seringkali menahan gas sambil melakukan penarikan tuas rem.

Padahal, pengaruhnya terhadap mekanis CVT, setara dengan menambah beban kampas sentrifugal saat mulai mengkopel. Oh ya kampas sentrifugal, posisinya berada satu poros dengan secondary sheave atau bagian belakang. Kalau tradisi seperti ini berlangsung terus menerus, akan berpotensi  mengikis atau membakar permukaan kampas sentrifugal.

Untuk menyiasatinya, saat di kemacetan lebih baik jaga jarak aman dan cukup buka tutup handgrip, sesuai porsi dan kebutuhan. Benar, butuh adaptasi untuk merealisasinya, sehubungan lebih dalam mengenal tipikal akselerasi matic.

 

 

FUNGSIKAN PARKING BRAKE LOCK

Tradisi salah kaprah membuka handgrip dan menarik tuas master rem atau tuas rem, tak jauh beda dengan menahan RPM mesin saat berhenti di palang pintu kereta api atau traffic light, yang kebetulan konturnya menanjak, dengan maksud agar matic yang dikendarai tak sampai melorot atau mundur.

Padahal tradisi ini juga berpeluang memicu terkikis atau terbakarnya kampas sentrifugal. Dengan demikian, saat menghadapai kondisi berkendara demikian ini, paling benar cukup fungsikan parking brake lock.

 

 

MENARIK TUAS REM BELAKANG SAAT DI TURUNAN

Seharusnya, lebih memprioritaskan pemakaian rem depan, saat melintasi turunan. Tapi, ingat porsi tarikan atau kekuatan menarik tuas masternya, sesuaikan dengan kondisi jalan.

Apakah bersih, basah, bekas kaki lima membuang sisa cucian piring atau berpasir. Mengacu dari kondisi jalan demikian ini, idealnya proses menarik tuas master rem depan, lakukan dengan interval smooth, hingga memastikan traksi roda depan stabil dan aman.

Dan mengapa saat turunan prioritas rem depan lebih dulu ? cara ini direkomendasikan untuk menjaga center of gravity matic agar stabil di titik tengah. Sebab, pemakaian rem belakang di turunan akan memicu bergesernya beban matic cenderung lebih ke depan.

Jadi, yang benar rem depan lebih dulu kemudian imbangi dengan rem belakang. Dan tetap pertimbangkan kondisi jalan berbanding porsi tarikan tuas master rem maupun tuas rem belakang.

 

 

Penggantian oli mesin. Pastikan berlangsung secara periodik sebagai penunjang mekanis komponen mesin & terhindar dari keausan.

 

 

PASTIKAN TERATUR MENGGANTI OLI MESIN, OLI GEAR BOX, BUSI & FILTER UDARA

Ingat mekanis mesin matic itu cenderung terpacu pada ritme naik turun RPM mesin, untuk mempolakan mekanis CVT sesuai dengan kecepatan yang dibutuhkan pengendara. Dalam konteks ini tentu saja fungsi oli mesin cukup vital, sebagai penunjang mekanis komponen mesin yang bergasing atau bergesekan. Maka, penggantian oli mesin yang berlangsung lebih awal, itu lebih baik, asal berlangsung rutin.

Sedang oli gear box, bisa memakai pedoman odometer di setiap 8.000 KM. Tapi, dengan catatan tak ada kebocoran pada sil sekat gear box pada as roda belakang.

Selebihnya, busi dan filter udara, untuk pencapaian proses pembakaran yang sempurna, agar efektif diolah menjadi HP dan torsi. Lebih sip, bisa berlangsung dilakukan penggantian di setiap 16. 000 KM untuk filter udara dan busi di setiap 8000 KM. Spesial untuk filter udara, pertimbangkan juga dengan dominan kondisi jalan yang dilewati. Misalkan, rutin melewati zona proyek atau trek makadam yang debunya tebal, idealnya dilangsungkan penggantian lebih awal.

 

 

Perawatan komponen daleman CVT. Menjaga performa speed tetap bengis & pemakaian BBM lebih hemat.

 

 

MANJAKAN PERAWATAN DALEMAN KOMPONEN CVT

Cukup pakai parameter bahwa daleman komponen CVT hanya dilumasi vet atau grease yang sifatnya tentative, bisa menurun kadar pelumasnya atau bisa juga kotor. Dari sini saja mungkin pengendara akan bisa lebih peduli dengan kondisi CVT.

Apalagi, secara mekanis komponen daleman CVT itu saling menunjang. Sehingga, butuh perawatan kompleks, seluruh komponen daleman CVT, termasuk penggantian vet atau grease baru pada poros primary sheave, secondary sheave dan seputaran torque cam.

Berikut dengan membersihkan atau mengganti filter sirkulasi udara yang dipasok ruang CVT.  Mengingat, point perawatan ini yang sejatinya menjadi resep untuk menjaga performa speed skutik tetap bengis, di gasingan bawah maupun atas.

Dengan rutin perawatan daleman CVT, konversi power mesin ke speed relative efektif. Bukaan handgrip terjaga lebih minim, sehingga dipastikan pemakaian BBM makin hemat.

Dan ketika meninjau pedoman service Honda BeaT FI, dianjurkaan melangsungkan pemeriksaan daleman CVT di setiap 8.000 KM dan penggantian drive belt di setiap 24.000 KM.   pid

 

 

 

 


REDAKSI   |   KODE ETIK   |   DISCLAIMER