"Sekaligus menyemarakkan hari jadi kota Batu, kita adakan balap road race, dan ini menjadi balapan ke-13 sejak dimulainya balap road race tahunan di kota Batu," buka Afifudin, ketua pengcab IMI Batu.
Berhubung kota Batu memang belum memiliki sirkuit balap yang representatif, untuk event kali ini, area seputaran Jalan Sultan Agung pun disulap menjadi sirkuit non permanen yang menyajikan tantangan tersendiri, apalagi saat beranjak malam.
So, 237 starter yang terdaftar pun tidak hanya menghadapi persaingan sesama racer, tetapi juga lintasan yang karakternya justru ala balap trek lurus, meski dibumbui sedikit tanjakan dan turunan, plus kondisi penerangan yang tidak merata.
Beberapa racer dan tim pun sedikit mengeluhkan kondisi ini, apalagi kondisi cuaca juga cenderung kian pekat oleh kabut sehingga di beberapa area juga bisa menimbulkan blind-spot. "Meskipun terlihat terang, tetapi mungkin pencahayaan masih kurang, termasuk di trek lurusnya," ungkap Muhaimin, tuner Aldan Light Speed Surabaya.
Hal senada juga diutarakan Vitosya racer Pacitan yang turun di enam kelas sukses menyabet podium di lima kelas. "Cuaca memang susah diprediksi, tetapi di sini balap malam memang cenderung suhu sangat dingin, cahaya terhalang kabut, jadi mesti waspada di trek yang naik turun," ucap Vitosya asal Pacitan.
Meskipun bukan jadi hambatan utama, penyelenggara sendiri sudah berusaha maksimal menyediakan penerangan agar night race tetap berjalan lancar, dan safety.
Selain penerangan dari jalan umum, penyelenggara juga menambah banyak titik lampu tambahan. "Kita siapkan tak kurang 40 lampu berikut lampu jalan sebagai penerang lintasan," aku Afifudin dari IMI Batu.
Dari total 29 kelas yang dibuka dalam event balap kali ini, didominasi oleh pebalap-pebalap lokal seputaran Malang. Tak heran, jika minimnya racer luar kota membuat racer Malang raya sukses menuntaskan beberapa kelas.
Sebut saja Reno DKMS yang turun di 12 kelas, dan mampu meraih kemenangan di beberapa kelas. Di kelas Supermoto, Kawasaki KLX korekan sang ayah sukses menjadi yang tercepat.
"Mesin dijejali piston 65,5 mm dengan disuplai karbu PWK 28 sedikit kesulitan menaklukan trek non permanen jalan Sutoyo Batu." ujar Doni sang ayah sekaligus tuner Reno yang membongkar gear 13-48 yang sebelumnya di sirkuit stadion Kanjuruhan memakai gear 13-51.
Sedangkan di kelas Malang Raya, racer Reno yang menunggangi motor milik Akiva Madura kembali membuktikan kedigdayaannya.
Korekan Inan sang tunner Akiva yang dijejali piston 55,25 mm berikut karbu PWK 28 sukses mengantarkan putra Doni DKMS menjadi yang tercepat. "Ini mesin prepare untuk final MCR mendatang," jelas Inan sang tunner disela-sela balapan.
naskah/foto : chand