Kadang sampai kelewat mentok dan engkek …., indikasi ada yang macet di liner. “Nah, liner cacat 1 mm, otomatis bore up lagi sampai mengejar bekas celah tadi tersamar pisau colter, ”buka Wawan instruktur RAT Motorsport, di Jl. By pass Juanda, Sidoarjo.
Itu problem pertama, ada lagi saat ngejar over square hingga diameter piston kelipatannya naik 3,25 mm atau 6,5 mm, seperti Tiger saat pingin kejar Ninja 250 dan dibore up pakai piston 70 mm. Sketsa clearance liner dan ring diplot sesuai kebutuhan di 0,15 mm sampai dengan 0,20 mm, kebutuhan racing dengan asumsi piston pakai tiper racing.
Dan segmen daily use diplot di 0,10 mm - 0,15 mm, dengan alasan butuh proses bikin lanyah atau yang keren dengan istilah inreyen atau break-in. Kalau fase ini semua pada paham, bahkan ada yang membalik kalau fase inreyen diperbolehkan sampai over RPM, sebagai pembuktian kekuatan ring piston. “Itupun sifatnya, tak terus menerus atau tentatif dan peningkatan kalornya tak galak, ”jelas Wawan .
Beda dengan saat ngejar over square, kalor meningkat berlimpah. Mixmatch muai ring piston cuman terjamin pada gap ring piston berbanding clearance tadi. Pertanyaannya, sampai dimana improve mekanik atau tuner untuk menyelaraskan kebutuhan peningkatan kalor tadi ?
Oli mesin per-liter Rp. 300 ribu, seting basah, busi dingin dan lain-lain, apa bisa menyelaraskan peningkatan kalor dan menunjang speed piston ? “Point ini memang rumit, maka langkah praktis digulirkan dengan clearance lebih renggang, ”sebut Wawan.
Ada kebocoran kompresi pasti, tapi saat mesin di suhu produktif kemungkinan berada di kondisi normal, itu-pun masih perkiraan. Jadi, ada permainan naik turun data disini. Singkat cerita, power optimal menunggu fase panas merata. Nah, kalau dipakai racing panas merata atau suhu tinggi kalau dikaji lagi, nggak akan ketemu titik idealnya. Mesin baru bergeser ke suhu tinggi atau saat berada di suhu tinggi ? nah bertanya lagi.
Dari sini pula tuner beraksi macam manajer teknik Moto Gp, semua serba main data. Sampai merk piston diklasifikasi, A muai-nya singkat, merk B panas dingin licin dan C nunggu sampai panas atau riding 5 KM baru pas panas-nya. “Biar tak lupa biasa data ini ditulis di tembok bengkel atau balik kalender, pas ganti tahun kalender dibuang catatan hilang, ya riset dan kumpulkan data lagi soal diatas, ”canda Wawan.
Blok silinder premium. Mulai ramai diaplikasi di kuda besi karapan 201 meter di kelas bebek 130 cc.
Fenomena ini pula akhirnya meluncur paket blok silinder dengan liner berlapis ceramic sebagai hardening-nya. Terjual satu paket dengan piston, hingga menembus Rp. 1,7 juta. Dibuat paketan, untuk mempermudah pencapaian data yang fix.
Clearance dan muai piston terstruktur, seakan menjawab kebutuhan racing. “Digeber tembus 15.000 RPM saat seting, masih bisa dipakai 1 tahun atau satu musim kompetisi, ”pengalaman Wawan. Tuner terhibur, tak perlu nyatat data di balik kalender. Jaminan mampu di 15.000 RPM, tuner makin berfantasi untuk main opsi korekan lain.
Klasifikasi piston. Sepaket dengan bahan liner, data clearance jadi lebih match melayani peningkatan kalor.
Pembanding demikian ini, jadi mengingatkan ke sosok liner yang diproses electrofusion, macam yang dipakai Ninja 150 dan KRR 150, sebagai leading market di kelas sport 2 tak 155 cc rangka standar dan sport 2 tak 155 cc tune up. Liner-nya tak membebani tuner, ramuan pabrikan Kawasaki dinyatakan semi racing. Tak ada pelayanan khusus saat dipakai karapan 201 meter, terkait lingkup clearance dan klasifikasi penggantian piston, terkecuali ukiran porting.
“Tuner jadi ringan move on cari-cari opsi korekan sebagai kontribusi power tambahan, ”nilai Wawan. Bahkan gara-gara jenis bahan liner ini, banyak melahirkan tuner hebat, hingga mampu membukukan best time 6,8 detik di kelas sport 2 tak 155 cc tune up.
Cuman, dilema-nya paket blok silinder - piston berlapis ceramic menu-nya terbatas. Jadi, seakan meyediakan untuk kuda besi yang jadi incaran basis road race maupun karapan. Untuk konsumsi kuda besi penghobi touring belum kelihatan. Termasuk komunitas sport 4 tak 1200 meter. Jadi, ilmu pembanding seperti ini layak juga ketika dijadikan alternatif acuhan. “Asal, sesuai porsi dan kebutuhan, ”ingat Wawan. pid